Selasa, 27 Oktober 2009

Jumlah Siswa SMP dan MTs tidak Lulus Meningkat

Jumlah Siswa SMP dan MTs tidak Lulus Meningkat

BOGOR,(PRLM).-Jumlah siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs) yang tidak lulus di Kab. Bogor tahun ajaran 2009 naik tajam dibandingkan tahun 2008. Pada tahun sekarang, tercatat sebanyak 2.628 siswa yang tidak lulus Ujian Nasional (UN). Padahal, tahun sebelumnya, jumlah siswa yang tak lulus UN hanya 1.072 orang.

Demikian dikemukakan Humas Dinas Pendidikan Kab. Bogor Ronny Kusmaya, Rabu (24/6) di Cibinong, Kab. Bogor. Ia mengatakan, pihak Disdik mengaku kaget dengan tingginya jumlah siswa tingkat SMP/MTs yang tidak lulus. "Terjadi kenaikan hamper 100 persen lebih jumlah siswa yang tidak lulus dibandingkan tahun sebelumnya," jelasnya.

Berdasarkan data dari Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten Bogor, tingkat kelulusan ujian negara tahun 2009, bagi siswa SMP se-Kabupaten Bogor mencapai 95,08 persen. "Dari total peserta ujian 418.22, sebanyak 397.63 siswa dinyatakan lulus.
Sedangkan sisanya yakni 2.059 tidak lulus ujian," ujarnya.

Sedangkan untuk tingkat MTs, kata dia, tingkat kelulusan UN tahun 2009 mencapai 96,81 persen. Dari 17. 848 total peserta UN, sebanyak 17.279 siswa yang dinyatakan lulus. Sementara siswa yang tidak lulus sebanyak 569 siswa. Adapun total sekolah yang mengikuti ujian sekitar 250 sekolah tingkat SMPN/MTSN dan SMP Swasta dan MTS Swasta se-Kabupaten Bogor.

Pada tahun ajaran 2007/2008, tingkat kelulusan UN tingkat SMP sebanyak 98,00 persen. Dari 36.822 siswa SMP yang ikut UN, yang tidak lulus hanya 998 orang. Sedangkan untuk MTs tingkat kelulusan mencapai 99,47 persen. Yakni dari 15.955 siswa MTs yang ikut UN, yang tidak lulus hanya 84 siswa.

Menurut Ronny, tingginya jumlah siswa SMP/MTs yang tidak lulus akan dijadikan bahan evaluasi oleh Disdik. "Kita akan analisa serta evaluasi, kenapa tingkat ketidaklulusan UN sekarang lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya. Kita akan coba cari apa penyebabnya,"
ujarnya.

Meski tidak lulus UN, siswa yang mau mengulang pada tahun ajarn depan diperbolehkan. Tapi kalau mau mengulang ujian dengan ikut paket B, masih ada waktu, karena ujian paket B akan dilaksanakan pada 1-3 Juli mendatang. (A-134/A-50)***

Sumber : www.pikiran-rakyat.com

Siswi Melahirkan, Disdik Gresik Dinilai Lalai

Siswi Melahirkan, Disdik Gresik Dinilai Lalai

GRESIK, KOMPAS.com- Dewan Pendidikan Kabupaten Gresik menilai Dinas Pendidikan Gresik sebagai penyelenggara pendidikan telah melakukan kelalaian, karena meloloskan seorang siswi yang sudah menikah bahkan hamil dan melahirkan di hari kedua pelaksanaan ujian nasional.

"Kasus ini sangat menodai lembaga pendidikan di Gresik," kata Sekretaris Dewan Pendidikan Gresik, Nur Faqih, Jumat (24/4).

Ia mempertanyakan fungsi pengawas sekolah yang semestinya mengetahui kondisi siswinya. Setidaknya kasus ini bisa dijadikan pelajaran bagi penyelenggara pendidikan, agar lebih selektif lagi dalam menyertakan siswa yang mengikuti UN.

Dinas pendidikan juga harus bertindak tegas, karena tahun ini memperbolehkan Azizah yang masih pelajar tapi statusnya sudah menikah dan melahirkan, tetap diperbolehkan ikut UN.

"Kebijakan Dispendik inilah yang memberikan peluang efek negatif bagi pelajar lainnya untuk mengulangi kasus yang sama. Kalau melihat sisi
kemanusiaan terkait hak untuk tetap memperoleh pendidikan, saya memaklumi. Namun kalau tidak ditegasi, kejadian ini bakal terus berulang," katanya.

Menurut Nur Faqih, pendidikan tidak bisa hanya diukur dengan materi pelajaran formal, namun etika dari pelajar juga harus menjadi pijakan. "Dalam aturan sebenarnya sudah jelas, sebagai pelajar tidak diperbolehkan menikah, kalau menikah konsekuensinya harus berhenti dari sekolah. Ini berbeda dengan status mahasiswi yang boleh tetap kuliah, meski sudah menikah, dan melahirkan, " katanya.

Seperti diberitakan, Nur Azizah (18), pelajar SMA Hidayatus Salam, Desa Lowayu, Kecamatan Dukun, Kabupaten Gresik, melahirkan seusai mengikuti UN hari kedua, Selasa lalu. Meski begitu, pada hari ketiga dan selanjutnya ia tetap mengikuti UN. Pihak sekolah dan Dinas Pendidikan setempat tetap mengizinkan Nur ikut UN dengan alasan kemanusiaan.

Dilematis

Ketua Komisi D DPRD Syafiqi M Zain menuding
kurang adanya ketegasan dari penyelenggara pendidikan, terkait kasus itu. Mestinya, kata dia, siswi bersangkutan langsung didiskualifikasi, karena tindakan itu bukan suatu hal yang etis di dunia pendidikan.

"Saya tidak tahu apakah siswi bersangkutan menikah resmi, atau siri. Yang jelas dalam UU Sisdiknas, status pelajar itu jelas, hanya belajar, belum diperbolehkan menikah, apalagi punya anak," katanya.

Sedangkan Kepala Dinas Pendidikan Gresik Chusaini Mustaz mengaku dilematis menyikapi masalah ini. Apakah siswa itu dikeluarkan, atau tetap sekolah, dan mengikuti UN. Yang jelas, Chusaini mengaku kalau dirinya baru mengetahui ada siswi peserta UN yang melahirkan dari media.

Chusaini sendiri beralasan, demi kemanusiaan tetap mengizinkan siswi bersangkutan mengikuti UN. Kendati ia menyadari kebijakan memperbolehkan Azizah ikut UN ini bakal menimbulkan efek positif, dan negatif. Efek positifnya ikut menjalankan program wajardikdas 12 tahun. Sedangkan negatifnya,
dikhawatirkan kasus tersebut akan kembali terulang pada UN tahun depan.

Untuk itu, dalam UN tahun depan pihaknya bakal lebih selektif lagi dalam menyeleksi siswa yang ikut UN. Chusaini mengatakan tidak adanya aturan tegas mengenai tidak diperbolehkannya siswa yang menikah, dan hamil, apalagi melahirkan, ikut UN menjadi titik kelemahan. Selama ini prasyarat peserta ikut UN hanya normatif, yakni pelajar yang masih aktif, dan terdaftar dalam peserta ujian.

"Tidak ada aturan yang melarang siswa hamil, menikah, atau melahirkan tidak boleh ikut UN, " katanya.

"Kasus ini mirip yang di Surabaya. Bedanya, kasus Azizah ini menikah resmi, sedangkan siswi di Surabaya hamil karena kecelakaan, sehingga dasar saya tetap memperbolehkan siswi bersangkutan ikut ujian, karena rasa kemanusiaan," katanya.

Sumber : www.Kompas.Com

Investasi, Penting buat Mahasiswa yang Mau Mandiri

Investasi, Penting buat Mahasiswa yang Mau Mandiri

Seorang mahasiswa harus menyadari bahwa keberhasilannya menyelesaikan studi berawal dari kemandirian. Salah satunya adalah kemandirian dalam bidang finansial.

Hal tersebut disampaikan oleh Denny Thaher, Presiden Direktur PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI), Jumat (22/5), dalam kuliah umum dan seminar "Pemahaman Dasar Berinvestasi, Pentingnya Investasi Bagi Generasi Muda, serta Mekanisme Reksadana" di Fakultas Ekonomi Universitas Katolik Atmajaya, Jakarta.

Thaher mengatakan, kesadaran berinvestasi saat ini bukan lagi hanya milik orang dewasa yang berkantong tebal. Mahasiswa juga sudah harus sadar akan hal itu karena investasi saat ini sudah bisa dilakukan dengan menyisihkan Rp 5.000 per hari.

"Meski menyisihkan Rp 5.000 per hari, tapi dengan memulai sedini mungkin dan konsisten, mereka dapat mewujudkan impiannya sebab telah didukung oleh cadangan dana berbentuk investasi yang mereka kenali dan pahami dengan baik," ujar
Thaher.

Menurut Thaher, mahasiswa merupakan pemimpin masa depan, yang harus sadar sejak dini bahwa semua upaya keberhasilan mereka harus selalu diawali dengan ketekunan dan kemandirian. "Dan mulai sekarang, kemandirian di bidang keuangan sebagai salah satu pendukungnya harus dimulai dengan kesadaran berinvestasi dalam bentuk apa pun, salah satunya melalui reksa dana,” tambahnya.

Senada pendapat Thaher, pembicara seminar lainnya, yaitu Rian Kaslan, Head of Wealth Management Commonwealth Bank Indonesia, mengatakan bahwa untuk mengampanyekan kesadaran tersebut, institusinya mau bekerja sama dengan MAMI untuk mendatangi kampus-kampus.

"Kami ingin memberi kesadaran kepada para mahasiswa untuk mulai berinvestasi sedini mungkin dengan konsisten demi mewujudkan impian-impian mereka di masa depan,” ujar Rian.

Untuk itulah, tak cukup dengan teori di kuliah umum dan seminar, para mahasiswa juga akan diberikan workshop yang bisa memberikan pemahaman lebih mendalam
mengenai investasi di bidang reksa dana, risiko investasi, sampai pemahaman cara membaca prospektus, serta fund fact sheet.

Sumber : www.kompas.com

Tiga Nama Calon Mendiknas

Tiga Nama Calon Mendiknas

JAKARTA, KOMPAS.com — Federasi Guru Independen Indonesia (FGII) mengusulkan tiga nama Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) 2009-2014 yang dinilai pantas diusulkan kepada Presiden RI.

"Ini merupakan hasil diskusi internal kami dengan sejumlah komunitas pendidikan, kami tidak hanya mengajukan kriteria calon yang pantas menduduki posisi Mendiknas, tetapi menyebutkan namanya sekaligus," ujar Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat FGII Suparman di Jakarta, Kamis (13/8).

FGII mengusulkan, calon yang merupakan prioritas adalah Prof Dr H Said Hamid Hasan. Said adalah pakar manajemen pendidikan dan kurikulum, serta guru besar dari Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Bandung, Jawa Barat.

Calon kedua yang diusulkan adalah Prof Dr H Soedijarto, seorang pakar kurikulum, filsafat, dan manajemen pendidikan dan Guru Besar dari Universitas Negeri Jakarta (UNJ). Soedardjito berpengalaman sebagai anggota Badan
Pekerja MPR RI 1999-2004 dan menginisiasi anggaran pendidikan 20 persen.

Sementara itu, calon ketiga FGII adalah Prof Dr Fasli Jalal. Meskipun seorang dokter gizi, pengalaman Fasli cukup luas dalam bidang pendidikan. Saat ini, Fasli menjabat sebagai Dirjen Pendidikan Tinggi (Dikti) Depdiknas dan mantan Dirjen Pendidikan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Depdiknas.

Ketiga calon tersebut, tambah Sekjen FGII Iwan Hermawan, memiliki kriteria yang diinginkan oleh FGII, yakni nonpartisan alias profesional, akomodatif terhadap aspirasi masyarakat, visioner, serta memiliki komitmen kebangsaan dan komitmen memperbaiki pendidikan yang kuat.

Kesamaan Bahasa ..

Kesamaan Bahasa ..

Pak Guru Bahasa Indonesia (BI) dengan lahap menyantap makan siangnya. Di sampingnya, Pak Guru PPKn hanya meneguk kopi panas meski saat itu hawa panas sangat menyengat. Di mulutnya terselip rokok yang tinggal separuh, Di depan mereka dua ibu guru juga ikut jagongan di kantin. Bu Guru Matematika terlihat asyik menikmati resoles yang tampaknya berteman cabe. Matanya agak berair dengan mulut mendesis kepedasan. Sementara Bu Guru Bimbingan Konseling (BK) baru mulai menyendok kuah bakso.
”Nyonya gak masak ya Pak?” tanya Pak PPKn ditujukan ke Guru BI meski matanya menerawang mengikuti arah asap rokok.
”Studi banding ke luar kota bersama murid-muridnya,” jawab Pak BI setelah meneguk teh es menjelaskan posisi istrinya yang juga guru di sekolah lain.
”Waduh manten baru kok sudah pisahan, sh..sh.sh,” meski mulutnya mendesis kepadasan, Guru Matematika masih sempat menggojlok rekannya yang memang baru menikah sekitar dua bulan lalu.
”Ndak masalah....cuma tiga hari,” jawab Pak BI lagi. ”Wong masih di Indonesia aja kok takut.”
”Tapi Indonesia sekarang dan dulu beda lho,” celetuk Bu BK sambil mengiris bakso.
”Ya mesti beda to Bu,” sahut Pak BI ringan. ”Dulu kok disamakan sekarang.”
”Mmm...sebentar,” tangannya menunjuk mulutnya yang masih mengunyah bakso. Setelah ditelan, Bu BK mengutarakan maaksudnya. ”Secara psikologis, masyarakat sekarang lebih individual dibanding dulu. Bahkan masyarakat desa juga sudah mulai mengalami pergeseran. Itu artinya, jika kita mengalami sesuatu, siap-siap kita sendiri yang mengatasi.”
”Kok sampai sejauh itu?” ganti Pak BI yang bertanya arah pembicaraan Bu BK.
”Tanya saja ke Pak PPKn kalau gak percaya,” jawab Bu BK. ”Semangat Sumpah Pemuda kan baru mencapai kesamaan bahasa. Ya gak Pak?”
”Maksud Bu BK, rasa satu bangsa dan satu tanah air belum tertanam. Begitu Bu?” Pak PPKn balik bertanya.
”Itu tugas Pak PPKn menjelaskan kepada para siswa agar semangat Sumpah Pemuda menjadi satu kesatuan, bukan hanya sama bahasanya, tapi rasa berbangsa dan bertanah air berbeda,” potong Bu Matematika.
”Jangan skeptis seperti itu lah Bu,” Pak PPKn mengimbau rekannya seperti terhadap siswanya di kelas.
”Tapi ada benarnya kok ucapan ibu berdua ini,” Pak BI tidak mau kalah berkomentar. ”Selama ini peringatan Sumpah Pemuda lebih ditekankan pada kesamaan bahasa sehingga muncul bulan bahasa setiap Bulan Oktober.”
”Kalau sudah begitu, yang repot Guru BI ya Pak, karena harus membuat acara yang bertema kebahasaan?” sindir Bu Matematika.
”Sebenarnya tidak seperti itu kondisinya. Rasa berbangsa dan bertanah air sudah menyatu dalam dada bangsa Indonesia sehingga tidak perlu diragukan lagi. Buktinya, tak sedikit rakyat Indonesia yang ingin berperang melawan Malaysia karena mereka terusik rasa kebangsaan dan ketanahairannya,” papar Pak PPKn
”Terus bagaimana dengan mantan GAM di Aceh? Apakah mereka benar-benar sudah merasa berbangsa dan bertanah air Indonesia? Begitu juga dengan rakyat Papua yang seakan tak sabar ingin merdeka? Belum lagi Maluku lewat RMS-nya?” cerca Bu BK.
”Wah, cocoknya Bu BK ini Guru PPKn,” kata Pak PPKn sambil tersenyum kecut.
”Kok mutung sih Pak?” olok Bu Matematika. ”Realitanya memang masih banyak warga Indonesia yang belum memiliki rasa kebangsaan dan ketanahairan yang kuat. Sesama anak bangsa, mahasiswa masih banyak yang tawuran. Belum lagi kalau kita lihat perseteruan antara Polri dan KPK yang tak kunjung selesai. Kalau ditanya, pasti mengaku mengemban amanat rakyat. Tapi kenyataannya?”
”Ibu-ibu yang saya hormati,” Pak PPKn mencoba bersabar meski diserang. “Anda harus bisa memisahkan antara kepentingan politik dan bukan.”
”Kalau memang kepentingan politik, apakah etis politik tidak berada di atas kepentingan bangsa dan tanah air?” potong Bu BK.
”Dengan kata lain, politik apapun seharusnya mengutamakan kepentingan bangsa dan tanah air. Bukan golongan apalagi perseorangan. Begitu ya Bu?” imbuh Bu Matematika mendukung Bu BK.
Pak PPKn mau mendebat pendapat kedua bu guru, namun terhenti karena suara Pak BI yang cukup kencang saat telepon melalui ponsel. Meski sudah menjauh dari ketiga rekannya, suara Pak BI terdengar dengan jelas. ”Syukurlah Yang.....Makanya jangan lupa minum obat anti mabuk.”
Ketiga guru saling pandang dan disusul senyum kecil mendengar percakapan mesra Pak BI yang tampaknya segera berakhir. ”Ya...ya...Yaang. Bentar lagi juga pulang. Yo wis jaga kesehatan ya supaya tidak merepotkan teman-teman guru lain. Mmuaach...!”
”Maklum manten baru, maunya mesra-mesraan terus,” goda Bu BK.
”Belum setahun paling-paling sudah berkamu-kamu,” Bu Matematika ikutan menggoda.
”Cuma ingin memantapkan Sumpah Pemuda,” jawab Pak BI yang langsung menjelaskan sambil tersenyum, ”Karena saya guru BI maka saya lebih tekankan pada kesamaan bahasa di antara kami berdua, yakni bahasa lisan, pikiran, dan hati menuju keluarga sakinah, mawadah wa rohmah.” (noordin djihad)

Belum Genap 18 Tahun, Riana Sudah Jadi Dokter

Belum Genap 18 Tahun, Riana Sudah Jadi Dokter

KOMPAS.com - SELAMAT dan luar biasa! Hanya kata itu yang tepat diucapkan untuk dr Riana Helmi. Dalam usianya yang belum genap 18 tahun, tepatnya 17 tahun 11 bulan, remaja kelahiran Banda Aceh itu diwisuda sebagai dokter dari Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada. Wisuda dilakukan di gedung pertemuan UGM Grha Sabha Pramana, Yogyakarta, Selasa (19/5) kemarin.

Riana, demikian gadis berperawakan kecil itu akrab disapa, menyelesaikan kuliah dalam waktu tiga tahun enam bulan dengan indeks prestasi kumulatif (IPK) sangat memuaskan, yaitu 3,67. Karena prestasinya itu, Riana sempat menerima pujian dan diminta berdiri oleh Rektor UGM Soedjarwadi.

"Ya, Alhamdulillah saya bisa jadi wisudawan termuda," ucapnya didampingi kedua orangtuanya, Ajun Komisaris Helmi dan Rofiah seusai wisuda.

Riana lahir di Banda Aceh, Nanggroe Aceh Darussalam, 22 Maret 1991. Dia masuk ke Fakultas Kedokteran UGM melalui jalur Penelusuran Bakat Skolastik (PBS)
pada September 2005. Usianya saat itu masih 14 tahun lewat tiga bulan, atau setara dengan pelajar kelas dua SMP pada umumnya.

Meski sangat muda, Riana mengaku tidak banyak kendala dalam menyesuaikan diri dengan mahasiswa lain yang rata-rata berusia empat tahun lebih tua darinya. Dia juga menjalani kuliah kedokteran secara normal, dengan banyak tugas seperti mahasiswa lainnya. Sebagai mahasiswa termuda, hal ini kerap membuatnya gelisah.

"Kesulitan karena tugas sangat banyak sih ada, tapi syukurlah semua bisa saya atasi," kata Riana yang mempelajari kanker payudara dalam skripsinya.

Lulus dalam usia yang masih sangat muda, Riana masih ingin melanjutkan sekolahnya. Menurut rencana, dia akan mengambil pendidikan spesialis untuk meraih cita-citanya sebagai dokter spesialis kandungan.

Kelas akselerasi

Riana dikenal cerdas sejak kecil. Selama di bangku SMP dan SMA Negeri 3 Sukabumi, Jawa Barat, Riana yang menghabiskan masa kecilnya di Garut dan Sukabumi itu
selalu duduk di kelas percepatan (akselerasi).

Selain itu, Riana juga masuk SD pada usia sangat muda, yaitu empat tahun. "Sejak usia tiga tahun dia sudah lancar membaca," kata Helmi yang berprofesi sebagai perwira polisi pendidik di Sekolah Polri Lido, Sukabumi, Jawa Barat itu.

Menurut Helmi, sejak kecil rasa ingin tahu Riana sangat besar. Dia juga lebih gemar belajar daripada bermain. Meskipun tidak ada yang menyuruh, sebagian besar waktu luangnya justru dia isi dengan membaca.

"Riana kecil juga tidak suka bermain boneka. Dia malah takut dan menjerit kalau melihat boneka di dekatnya," ujar Helmi.

Sumber : www.kompas.com

Standar Pendidikan Mendesak Diwujudkan

Standar Pendidikan Mendesak Diwujudkan

JAKARTA, KOMPAS.com - Delapan standar nasional pendidikan yang telah ditetapkan bersama harus menjadi prioritas untuk diwujudkan dalam kabinet mendatang. Hal itu dilakukan agar kualitas pendidikan secara nasional bisa meningkat dan merata di seluruh wilayah Tanah Air.

Ketua Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) Djemari Mardapi di Jakarta, Selasa (20/10), mengatakan, pembuatan standar nasional pendidikan itu sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global.

Djemari mengatakan, hingga kini pemenuhan kedelapan standar nasional pendidikan itu masih belum memuaskan. ”Untuk mencapainya perlu proses dan waktu. Yang penting, ada komitmen pemerintah pusat dan daerah, sedangkan BSNP akan mengawasi,” katanya.

Pemenuhan standar sarana dan prasarana, misalnya, masih dihadapkan pada persoalan banyaknya bangunan sekolah yang belum sesuai aturan. Hingga kini masih banyak bangunan sekolah, terutama sekolah
dasar/madrasah ibtidaiyah, yang rusak parah.

Fasilitas perpustakaan, mulai dari jumlah koleksi buku, kondisi ruangan, hingga keragaman buku, masih jauh dari ideal. Berdasarkan data Departemen Pendidikan Nasional, pada 2008 tercatat baru 32 persen SD yang memiliki perpustakaan, sedangkan di tingkat SMP baru 63,3 persen.

Kondisi pendidik juga masih belum mampu mempercepat peningkatan kualitas pendidikan nasional. Dari segi pembiayaan pendidikan, kucuran dana bantuan operasional sekolah (BOS) untuk pendidikan dasar baru mampu menutupi sekitar 50 persen anggaran sekolah. Akibatnya, mutu pendidikan dasar dikhawatirkan menurun.

Dachnel Kamars, guru besar manajemen pendidikan dari Universitas Negeri Padang, mengatakan, standar nasional pendidikan yang dibuat pemerintah mesti segera diwujudkan agar ketimpangan kualitas pendidikan di wilayah perkotaan dan pedesaan serta di luar Pulau Jawa tidak terjadi lagi.

Pakar pendidikan dari Universitas Negeri Jakarta, HAR
Tilaar, berpandangan, jika kualitas pendidikan ditingkatkan, mutu bangsa secara keseluruhan akan meningkat. (ELN/INE)

Sumber : Kompas.Com

PERANAN TEKNOLONGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI GUNA MENDUKUNG PROSES PEMBELAJARAN DI LINGUNGAN PENDIDIKAN

PERANAN TEKNOLONGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI GUNA MENDUKUNG PROSES PEMBELAJARAN DI LINGUNGAN PENDIDIKAN

Oleh : Syaiful Ahdan, S.Kom



Tidak dapat dipungkiri lagi kecanggihan teknologi saat ini telah membawa dampak kemajuan di Beberapa aspek kehidupan, tak terkecuali untuk dunia pendidikan, kegiatan proses transfer ilmu kepada peserta didik untuk saat ini tidak sesulit pada masa-masa di era tahun 1980, jika dahulu keterampilan & kemampuan seorang pendidik sangat ditonjolkan, di era teknologi saat ini kecanggihan teknologi informasi berperan penting dalam membantu proses pembelajaran, “ tidak ada istilah jarak dan waktu lagi” yang ada hanyalah “ Seberapa Besar Motivasi Peserta didik , untuk belajar”.

Inovasi dalam proses pembelajaran sangat diperlukan, guna memacu dan meningkatkan hasil dari proses pembelajaran tersebut, proses pembelajaran yang menggunakan cara-cara monoton sudah mulai ditinggalkan untuk era saat ini, Pendidik, guru, dosen, instruktur sudah selayaknya memadukan keterampilan pengajarannya dengan media pembelajaran berbasis teknologi dan juga perlunya meningkatkan bidang ilmu yang dikuasai.

Teknologi Informasi dan Komunikasi kini menjadi salah satu bagian yang perlu di tonjolkan di setiap kalangan baik individu maupun instansi, dan juga menjadi salah satu parameter dimana Majunya proses kegiatan dari suatu instansi. Tetapi disisi lain kemajuan IT juga dapat menjadi suatu momok yang sangat mengerikan, dikarenakan ke tidak siapan dari para pelaku yang dituntut harus menguasainya , terlebih di kalangan pendidikan bahkan instansi perkantoran, hal ini adalah salah satu permasalahan yang harus diselesaikan bersama-sama, saat ini banyak sekali murid lebih pandai dan memiliki wawasan yang luas dari gurunya, dengan teknologi informasi pelajar/mahasiswa yang tidak memahami tentang sesuatu bisa langsung mencari informasi dengan cepat dengan menggunakan fasilitas search engine yang ada di internet.
Untuk memasimalkan proses pembelajaran saat ini guru, dosen, instruktur tidak saja menjadi pelayan dalam memberikan ilmu di dalam ruangan yang dibatasi oleh waktu, banyak yang sudah bias kita jadikan contoh, guru , dosen, instruktur, saat ini banyak yang menerapkan proses pembelajaran berbasis Internet, dengan membuat sebuah website atau blog yang difungsikan sebagai alat dalam menunjang proses pendidikan
E-Learning adalah istilah pembelajaran yang menekankan pada suatu media yang digunakan dalam mentransfer informasi berbasis Elektronik, Kata E-Learning saat ini sudah sering di dengung-dengungkan oleh pelaku pendidikan walaupun pada kenyataannya belum seluruhnya institusi pendidikan memiliki fasiltas E-Learning yang mungkin dikarenakan ketidak siapan sumber daya manusia dan infrastruktur. Perlunya Memanfaatkan Teknologi Informasi dalam dunia pendidikan salah satunya adalah bertujuan untuk memudahkan proses kegiatan Belajar dan Mengajar yang dilakukan oleh peserta didik, pendidik dan tenaga pendidik, sehingga segala sesuatu yang berkaitan dalam proses pendidikan berjalan degan lancar seperti.
Untuk mewujudkan sarana Informasi yang menunjang proses pendidikan tersebut tentunya banyak hal yang perlu dipersiapkan seperti Sumber daya manusia handal yang terlatih dibidangnya, infrastruktur yang menunjang sesuai dengan kebutuhan sarana yang akan diadakan (bersambung….)



Sabtu, 24 Oktober 2009

Si Dogi & Si Ciko yang sombong, malas & bodoh

Ada Suatu Kerajaan bernama FAUNA, yang diperintah oleh Raja Lion. Sang raja adalah seekor singa yang arif dan bijaksana. Di kerajaan ini penduduknya adalah binatang. Di situ, hiduplah seekor anjing yang bernama dan seekor ayam yang bernama Ciko,yang mempunyai cara hidup yang berbeda. Si dogi kalau mau tidur baru pada tengah malam, dan suka bangun kesiangan, sedangkan si ciko suka cepat tidur, dan suka bangun pagi (subuh),Mengapa demikian….? O ternyata Dogi adalah seekor anjing yang sangat sombong. Dia suka mempertontonkan kumisnya yang panjang setiap kai berjalan melewati jalan-jalan di desa. Dia juga sering berteriak supaya semua penduduk melihat kepadanya sambil menarik-narik kumisnya. Selain itu, dogi kalau sudah kenyang sering tidur-tiduran . ia anjing yang malas atau tidak mau belajar, sehingga penduduk desa menjuluki Dogi “ANJING YANG MALAS”. Tidak heran kalau dogi itu bodoh. Sedangkan si Ciko adalah seekor ayam yang mempunyai suara merdu dan mempunyai bulu yang indah. Tetapi sayang, ayam juga tidak kalah sombongnya. Dia sering kali memperdengarkan suaranya di desa tersebut tanpa melihat waktu yang tepat sampil mengepak-ngepak sayapnya saking sombongnya. Ciko juga ayam yang malas. Tidak heran kalau Ciko pun bodoh.Kesombongan kedua hewan ini sampai di telinga sang raja, sehingga raja memanggil keduanya untuk menghadap. Raja Lion pun memerintahkan untuk menghukup keduanya dengan cambuk. Akibatnya, dogi dan ciko berteriak kesakitan ketika dipukul, bahkan kumis dogi dicukur.

Selain itu, dogi dan Ciko juga dimasukan ke dalam Pendidikan Non Formal hewan yang mengajarkan keduanya agar tidak sombong, setiap mahluk hidup diberi kelebihan oleh tuhan. Oleh karena itu harus digunakan untuk menolong orang lain.
Sesudah itu mereka diajarkan tidak boleh malas. Merke harus rajin agar menjadi pintar dan berguna di masa depan. Merekapun meulai bejar dengan tekun. Karena keduanya diajarkan sedemikian rupa oleh guru yang sabar dan tekun, maka jadilah Dogi dan CIko yang tidak sombong, tidak malas, dan mereka pun menjadi pintar.
Ketika raja Lion mendengar hal itu, maka Raja mengutus keduanya untuk pergi ke Kerajaan Manusia, agar menjadi hewan yang dapat membantu manusia. Mereka pun pergi, dan di tengah jalan keduanya membagi tugas masing-masing. Dogi mengingatkan harus segera tidur. Dogi juga menjaga rumah tuannya dari orang jahat, sedangkan Ciko membangunkan anak-anak dari tidur pada subuh, agar kalau mau ke sekolah tidak terlambat, selain itu, telur ayamnya juga bias dimakan dan sangat bergizi bagi manusia.Betapa senangnya Dogi dan Ciko dapat menjadi hewan yang bermanfaat bagi manusia dan anak-anak.
..SEKIAN..


profile

Nama : Riezky Aulia Yulandani
TTL : Bandarlampung, 18 Juni 1991
Alamat : Jl. pulau damar Gg. terati no.40 waydady sukarame1 Bandarlampung
Hobby : Baca komik, nonton film ..